Rabu, 10 Desember 2014

Galaxy S5 Lebih Sulit Diperbaiki dari iPhone 5S

Galaxy S5 Lebih Sulit Diperbaiki dari iPhone 5S -Smartphone Galaxy S5 dari Samsung mulai tersedia di sejumlah negara pada 11 April kemarin. Dalam waktu hampir bersamaan, situs iFixit yang terkenal sering membongkar gadget telah memperoleh ponsel pintar itu dan mempreteli komponen-komponennya.

Berdasarkan hasil penelusuran iFixit yang dikutip oleh The Inquirer, situs tersebut berkesimpulan bahwa andalan baru dari Samsung ini ternyata relatif sulit diperbaiki, lebih sulit ketimbang iPhone 5S dari Apple maupun pendahulunya, Galaxy S4.
Dari skala 10, Galaxy S5 hanya mencetak skor “kemudahan perbaikan” sebesar 5 poin. Angka itu merupakan yang terendah untuk smartphone Samsung yang pernah dibongkar oleh iFixit.
Kesulitan memperbaiki Galaxy S5, menurut iFixit, disebabkan oleh adanya “perubahan radikal” di balik bentuk ponsel itu yang sekilas mirip dengan Galaxy S4.
Layar Galaxy S5 susah dilepas karena Samsung menempatkan komponen internal di antara panel display dan baterai, lalu melapisinya dengan lem.
“(Galaxy) S5 sedikit mengecewakan karena Samsung membuatnya lebih sulit untuk diperbaiki. (Galaxy) S3 dan (Galaxy) S4 menempatkan komponen internal di belakang unit layar, tapi pada (Galaxy) S5 komponen-komponen ini terjepit di dalam sebuah kompartemen yang terletak di antara layar dan baterai,” tulis situs tersebut.
Meski demikian, iFixit juga mencatat bahwa komponen baterai pada Galaxy S5 sangat mudah untuk diganti. Begitu pula dengan kamera dan speaker yang langsung bisa diakses begitu layar sudah dilepas. (kompas)

Pakai Nuklir, Baterai Ponsel Bisa Tahan 5 Tahun

Pakai Nuklir, Baterai Ponsel Bisa Tahan 5 Tahun - Penggunaan teknologi nuklir sebagai sumber daya energi di masa datang patut dipertimbangkan karena dapat menghemat penggunaan daya dalam memenuhi beragam kebutuhan manusia.

Salah satunya adalah ponsel pintar yang sudah menjadi kebutuhan primer namun memiliki masalah klasik yang belum terpecahkan, boros baterai yang membuatnya hanya bertahan maksimal 24 jam.
“Dengan menggunakan teknologi nuklir penggunaan baterai ponsel pun bisa dihemat hingga lima tahun sekali isi,” kata Direktur Utama PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) Persero, Yudiutomo Ismarjdoko, saat berbicara pada konferensi “Strategi Sumber Daya Manusia Dalam Memenangkan MEA 2015″, di Jakarta, Selasa (2/12/2014), seperti dikutip Antara.
Menurut Yudiutomo, selama ini masyarakat Indonesia umumnya masih saja terlalu takut jika mendengarkan kata-kata nuklir.
Padahal dengan teknologi nuklir segala kebutuhan manusia mulai dari pengadaan pasokan listrik, kebutuhan dunia kedokteran, pertanian hingga kebutuhan komunikasi sudah menggunakan teknologi nuklir.
“Dengan menggunakan teknologi nuklir hasil pengayaan uranium sistem rendah, baterai ponsel bisa lima tahun sekali pengisian. Bayangkan dengan teknologi nuklir bisa menghemat keuangan konsumen,” katanya.
Ia mengakui, tenaga nuklir masih sangat ditakuti oleh masyarakat Indonesia karena berbagai kontroversi padahal pada sistem baterai yang saat ini digunakan masyarakat sudah mengandung nuklir namun tidak di cantumkan.
“Kalau dicantumkan nuklir hampir pasti tidak akan dibeli, makanya digunakan nama lain lain,” ujarnya.
Saat ini tambah Yudiutomo, teknologi nuklir yang dikembangkan Inuki beragam terutama untuk keperluan dunia kedokteran.
Salah satunya untuk memproduksi radio isotop Molybdenum-99 Fission atau MO99, bahan kimia yang digunakan untuk mendeteksi penyakit kanker dalam tubuh manusia.
Saat ini produksi radioisotop Inuki yang hasilnya diekspor ke hampir sebagian besar rumah sakit besar di Asia, termasuk ke sejumlah negara Eropa.
“Kita sudah mengembangkan teknologi nuklir dengan daya rendah. Sudah saatnya untuk mengembangkan nuklir untuk kebutuhan energi,” katanya.
Untuk menjadi negara yang lebih maju ekonominya, pemerintah sudah harus mengembangkan Pembangkit Listrik Negara Listrik (PLTN) sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi nasional.
“Tidak ada yang harus ditakutkan soal nuklir. Jika segala sesuatunya dijalankan sesuai dengan ketentuan maka reaktor nuklir tidak akan menjadi masalah. Jadi tidak perlu ditakuti, energi minyak akan segera habis maka butuh PLTN untuk memenuhi energi masyarakat,” ujarnya.
Menurut Yudiutomo, merupakan tugas pemerintah mensosialisasikan betapa nuklir tersebut sangat bermanfaat.
Ia mencontohkan, Tiongkok dan Korea Selatan pada tahun 1958 belajar soal riset nuklir dari Indonesia, namun kedua negara tersebut saat ini jauh lebih maju karena sudah memiliki puluhan PLTN.
Untuk itu, Yudiutomo berharap agar pemerintah dan masyarakat harus mengubah jalan pemikiran mengenai tenaga nuklir. Jika tidak, negara hanya akan menjadi konsumen dari negara produsen nuklir.